Wednesday 15 April 2009

Kenyataan Hidup

بسم الله الرحمن الرحيم

Salam

Seorang guru wanita sedang bersemangat
mengajarkan sesuatu kepada
murid-muridnya. Ia duduk menghadap
murid-muridnya. Di tangan kirinya ada
kapur, di tangan kanannya ada pemadam.
Guru itu berkata, "Saya ada satu
permainan... Caranya begini, ditangan
kiri saya ada kapur, di tangan
kanan ada pemadam. Jika saya angkat
kapur ini, maka berserulah "Kapur!",
jika saya angkat pemadam ini, maka
katalah "Pemadam!"

Murid muridnya pun mengerti dan
mengikuti. Guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri
tangannya, semakin lama semakin cepat.
Beberapa saat kemudian guru kembali
berkata, "Baik sekarang perhatikan.
Jika saya angkat kapur, maka sebutlah
"Pemadam!", jika saya angkat
pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan
diulangkan seperti tadi, tentu
saja murid-murid tadi keliru dan kekok,
dan sangat sukar untuk
mengubahnya. Namun lambat laun, mereka
sudah biasa dan tidak lagi kekok.
Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada
murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita
umat Islam. Mulanya yang haq itu haq,
yang bathil itu bathil. Kita
begitu jelas membezakannya. Namun
kemudian, musuh musuh kita memaksakan
kepada kita dengan perbagai cara, untuk
menukarkan sesuatu, dari yang
haq menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi
kita menerima hal tersebut, tapi kerana
terus disosialisasikan dengan
cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya
lambat laun kamu akan terbiasa
dengan hal itu. Dan anda mulai dapat
mengikutinya. Musuh-musuh kamu
tidak pernah berhenti membalik dan
menukar nilai dan ketika.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak
lagi sesuatu yang pelik, Zina
tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi
menjadi hal yang lumrah, tanpa
rasa malu, sex sebelum nikah menjadi
suatu kebiasaan dan trend, hiburan
yang asyik dan panjang sehingga
melupakan yang wajib adalah biasa,
materialistik kini menjadi suatu gaya
hidup dan lain lain." "Semuanya
sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda
sedikit demi sedikit
menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan
dan kemaksiatan. Paham?" tanya
Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru
melanjutkan.

"Cikgu ada Qur'an, cikgu akan
letakkannya di tengah karpet. Sekarang
anda berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya
mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa
memijak karpet?" Murid-muridnya
berpikir. Ada yang mencuba alternatif
dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar,
digulungnya karpet, dan ia ambil
Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak
memijak karpet . "Murid-murid,
begitulah ummat Islam dan
musuh-musuhnya. .. Musuh-musuh Islam tidak
akan memijak-mijak anda dengan
terang-terang. ..Kerana tentu anda akan
menolaknya mentah mentah. Orang biasapun
tak akan rela kalau Islam
dihina dihadapan mereka. Tapi mereka
akan menggulung anda perlahan-lahan
dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang
kuat, maka dibina tapak yang
kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat,
maka bangunlah aqidah yang kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah,
tentu susah kalau dimulai dgn
tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan
dinding akan dikeluarkan dulu,
kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang
dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan. ..."

"Begitulah musuh-musuh Islam
menghancurkan kita. Ia tidak akan
menghentam terang-terangan, tapi ia akan
perlahan-lahan meletihkan anda.
Mulai dari perangai anda, cara hidup,
pakaian dan lain-lain, sehingga
meskipun anda muslim, tapi anda telah
meninggalkan ajaran Islam dan
mengikuti cara yang mereka... Dan itulah
yang mereka inginkan." "Ini
semua adalah fenomena Ghazwul Fikri
(Perang Pemikiran). Dan inilah yang
dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani
terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya
murid- murid. "Sesungguhnya dahulu
mereka terang-terang menyerang,
misalnya Perang Salib, Perang Tartar,
dan lain-lain. Tapi sekarang tidak
lagi." "Begitulah Islam... Kalau
diserang perlahan-lahan, mereka tidak
akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau
diserang serentak
terang-terangan, mereka akan bangkit
serentak, baru mereka akan sadar".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran
kita kali ini, dan mari kita
berdoa dahulu sebelum pulang..."
Matahari bersinar terik takala
anak-anak itu keluar meninggalkan tempat
belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya...


*di-copy-paste dari simpanan emel

moga bermanfaat

wassalam

2 comments:

  1. Salam. Bagus artikel ni. Saya mohon kebenaran untuk postkan di blog saya. Terima Kasih.

    ReplyDelete
  2. dah lama tak baca peringatan mcm gitu

    ReplyDelete